Mewah Apanya

6 September 2014 pukul 22:14 | Ditulis dalam budaya, hikmah, irodatul khoir lil ghoir, kehidupan, renungan, romantika | Tinggalkan komentar

Beberapa hari lalu aku ziarah ke seorang teman yang jadi ustadz di sebuah pesantren di kota Solo. Kebetulan pas dia lagi bersih-bersih kompor minyak.

Mau dipakai lagi, Kang…

Lha minyak tanahnya gimana? Aku mengerenyitkan dahi.

Beli entar di warung dekat sini.

Ya sudah aku temani dia.

Sekedar info, tuh kompor adalah sodaqoh dari seseorang di beberapa tahun yang lalu. Masa di mana minyak tanah masih jadi barang biasa, dan LPG masih jadi barang mewah.

Selesai, terus nyari minyak tanah di warung.

Laa haulaa wa laa quwwata illaa billaahi…

Harganya itu loh… (gak dimuat tapinya)

Jadi barang mewah tuh minyak tanah.

Akhirnya pulang balik wis…. gak jadi make tuh kompor.

Sambil jalan balik, kami ngrasani kemewahan.

Status kemewahan di dunia ini memang seperti minyak tanah. Dulu biasa kini jadi mewah. Dulu di mana-mana sekarang langka.

Dulu orang miskin tuh bener-bener gak punya. Sekarang orang miskin bisa beli premium. Apa ada hubungan? Eh, ada hubungan apa?

Dulu orang ngamen karena kesulitan ekonomi dan gak dapat kesempatan kerja. Sekarang pengamen bisa kasih kembalian.

Ingat beberapa tahun silam, ada tawaran hadiah beberapa kilogram emas murni untuk kepala si penulis buku ayat setan. Waktu itu, bahkan sampai sekarang emas masihlah barang mewah bagi sebagian besar orang. Tapi bagi beberapa orang lain dia hanyalah seonggok batu warna kuning. Bahkan sniper gak pekewuh nitip sebutir peluru di kepala para pemulung gogrokan sampah bijih emas di sebuah tempat di Indonesia sana.

Dulu, anak muda naik motor, wow….. keren. Sekarang kalah keren sama tablet.

Kemarin yang namanya ponsel itu barang mewah, sekarang pemulung saja nenteng hp. Tapi banyak pemulung yang kaya raya ding ya…

Di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tenda besar biasa dibuat dari kulit. Handmade lagi. Itu hal lumrah. Sekarang? Jangankan tenda, tas kulit handmade Giorgio Armani saja mewah gak keruan.

Dulu, para sahabat Nabi biasa pakai za’faron atau parfum lain yang benar-benar asli dan nature. Sekarang, yang artificial fragrance pabrikan Surrati saja muahhalll…

Beberapa waktu lalu aku main ke rumah seorang teman di Grobogan, Purwodadi. Rumahnya tuh pure kayu. Sederhana banget. Tapi waktu dua tiangnya dijual, wow…. bisa buat beli rumah baru untuk anaknya di Subang, Jabar.

Dan masih banyak contoh lainnya.

Begitulah dunia. Mewah dunia itu mudah berubah, dipengaruhi oleh banyak hal. Tapi kenapa masih banyak orang berkhayal, bahkan berebut?

Tinggalkan sebuah Komentar »

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Tinggalkan komentar


Entries dan komentar feeds.