Redenominasi
9 Agustus 2010 pukul 10:02 | Ditulis dalam ekonomi, iseng, jalan-jalan, serba serbi | 4 KomentarAku akan bayar tukang benah rumah cuman 50 rupiah.
Aku pasang daftar harga di papan menu begini:
- Bebek goreng utuh : Rp 50,-
- Ayam goreng utuh : Rp 40,-
- Nasi putih : Rp 1,-
- Teh panas : Rp1,-
- Dst
Tetanggaku yang guru itu bakalan terbelalak liat slip gajinya, dan terhenyak saat memegang dan mengusap lembaran rupiahnya, hanya seribu rupiah lebih beberapa ratus.
Aku akan beli Jupiter MX hanya dengan Rp 15.000 saja
Innova bekas pakai hanya diharga 100 ribuan lebih beberapa sen.
Kalau angkanya “mundur’ terus, apakah sekolah gratis itu akan balik membayar wali murid seribu rupiah ya….?
Lucu juga, dan segalanya terasa murah. Nampaknya hidup jadi lebih mudah. Aah……
Hmmm, tapi terpikir juga olehku,
Apa emang benar ini jalan penyelesaiannya. Kasihan angka nol itu mesti jadi martir kerakusan para koruptor.
Coba saja, kalau kebiasaan makan duit para penjahat, eh…salah maksudnya pejabat itu diampet, ditahan. Gaya hidup dibikin sederhana gak pake gengsian. Gak bakalan duit jadi rusak nilainya.
Kebiasaan utang (luar negeri) juga mesti dihentikan tuh. Utang kok bangga… mestinya para penguasa (bukan pemimpin sih) mikir jalan lain selain utang. Lihat aja tetangga Malaysia (jangan berantemnya doang), lepas dari kontroversinya sang pemimpin di sana, mereka bisa lolos dari jebakan krisis. Duit bisa selamet, gak pake mencetak duit dengan nol banyak.
Lihat juga kalau masalah redenominasi ini tidak berdiri sendiri dan nongol begitu saja. Lihat hari kemarin, sejak awal krisis ekonomi dulu. Sejak IMF nyusup ke Indonesia tercinta, sejak para pejabat bermasalah malah diangkat jadi penentu arah negara, bahkan ada yang jadi centeng bank dunia.
Kemarin-kemarin napa juga dicetak angka besar dilembaran rupiah itu. Siapa suruh, awas, jangan nyalahin keadaan, itu kebiasaan orang tak bertanggungjawab kan. Giliran sudah jadi, mau disetip nolnya. Wuihh…cape deh
Boleh saja disetip nolnya, tapi jangan sampai hal itu dijadikan sebagai media pengalihan perhatian masyarakat dari kebodohan sekaligus kejahatan para pemegang amanat rakyat dalam menjalankan roda ekonomi dan politik dan semuanya.
Wallahu a’lam…
4 Komentar »
RSS feed for comments on this post. TrackBack URI
Boleh saja disetip nolnya, tapi jangan sampai hal itu dijadikan sebagai media pengalihan perhatian masyarakat dari kebodohan sekaligus kejahatan para pemegang amanat rakyat dalam menjalankan roda ekonomi dan politik dan semuanya.
…
amat mencerahkan kang 😀
–
rakyat sering dipaksa matanya ke arah lain, padahal dari mata turun ke hati…. prihatin
Comment by atmokanjeng— 10 Agustus 2010 #
Masih untung mas,,,
rumahku (juga kebanyakan rumah rakyat) tidak ikut di redenominasi,,,
kalo diredenominasi,,,wah bisa berabe nasib keluargaku,,,hehehe
—
gentingnya yang dua ribu, tinggal dua hihihi….
piye hik-nya? mau mampir belum jadi…
Comment by kuskus— 23 Agustus 2010 #
nyetip angka nolnya kurang banyak tuh…sekalian 5 digit,supaya nilai tukar rupiah terhadap dollar ikut kebalik juga, Rp 1 = $10
gimana pakdhe?
—
usul bagus…perlu di bawa ke komisi 5 dpr agar direkrut jadi tim ahli ekonomi menteri urusan pangan….
Comment by manik arum— 24 Agustus 2010 #
angka nolnya besok2 perlu ditambahkan lagi ms…hehee…
Comment by xstreams— 23 Oktober 2010 #